Ulasan tentang pendaki yang tewas di Mckinley
temen2, gw dapet ulasan bagus tentang pendaki yang tewas di Mckinley (6149m)mudah2an infonya berguna sebagai bahan masukan kita juga. ini diambil dari tulisan Djoko H, menurut gw layak banget buat dibaca dan direnungkan.
001
Keberangkatan Pungkas Tri Baruno , 20 thn. – mahasiswa Universitas
Mercubuana- beserta timnya ( Tim Tunas ) dari Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka mendapat restu dari pemerintah/Menko Kesra.Menpora.
Ekspedisi beranggotakan 4 orang tsb. mendaki gunung MCKinley (
ketinggian 6194 meter dpl ) di Taman Nasional Denali , Alaska.
Keberangkatan Pungkas Tri Baruno , 20 thn. – mahasiswa Universitas
Mercubuana- beserta timnya ( Tim Tunas ) dari Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka mendapat restu dari pemerintah/Menko Kesra.Menpora.
Ekspedisi beranggotakan 4 orang tsb. mendaki gunung MCKinley (
ketinggian 6194 meter dpl ) di Taman Nasional Denali , Alaska.
002
Pendakian ke McKinley ini dimaksudkan sebagai “pemanasan” ( latihan )
sebelum melaksanakan misi utama menaklukkan puncak gunung Vison Massif
di Antartica nantinya.
Pendakian ke McKinley ini dimaksudkan sebagai “pemanasan” ( latihan )
sebelum melaksanakan misi utama menaklukkan puncak gunung Vison Massif
di Antartica nantinya.
003
2 pendaki “menyerah” dan menghentikan pendakiannya di base camp , sedang
Pungkas dan Zulfa Achyar berhasil mencapai puncak McKinley dan
menancapkan/ mengibarkan bendera merah putih disana. Setelah
Summit/Victory Ceremony itu kedua pendaki mulai perjalanannya kembali
turun. Tiba-tiba Pungkas jatuh ( jatuh disini bukan terjatuh kedalam
jurang atau terpeleset ditebing , melainkan jatuh dalam arti ambruk ,
tidak mampu berdiri lagi ). Sesaat kemudian ia berusaha , dan bisa
berdiri lagi.
Tapi lagi-lagi kembali ambruk dan langsung jatuh pingsan.
2 pendaki “menyerah” dan menghentikan pendakiannya di base camp , sedang
Pungkas dan Zulfa Achyar berhasil mencapai puncak McKinley dan
menancapkan/ mengibarkan bendera merah putih disana. Setelah
Summit/Victory Ceremony itu kedua pendaki mulai perjalanannya kembali
turun. Tiba-tiba Pungkas jatuh ( jatuh disini bukan terjatuh kedalam
jurang atau terpeleset ditebing , melainkan jatuh dalam arti ambruk ,
tidak mampu berdiri lagi ). Sesaat kemudian ia berusaha , dan bisa
berdiri lagi.
Tapi lagi-lagi kembali ambruk dan langsung jatuh pingsan.
004
Zulfa dan seorang porter ( Ranger yang menyertai sebagai pemandu
jalan/route diwilayah yang sangat liar tsb ) melakukan tindakan
pertolongan. Dilakukan pernafasan buatan / pemberian oxygen , namun
Pungkas tidak mampu berjalan. Ia tewas ditempat yang belum jauh dari
puncak tsb.
Zulfa dan seorang porter ( Ranger yang menyertai sebagai pemandu
jalan/route diwilayah yang sangat liar tsb ) melakukan tindakan
pertolongan. Dilakukan pernafasan buatan / pemberian oxygen , namun
Pungkas tidak mampu berjalan. Ia tewas ditempat yang belum jauh dari
puncak tsb.
005
Sampai sekarang sudah lewat 3 hari tetapi proses evakuasi jenasahnya
tetap belum bisa dilakukan karena buruknya cuaca.
Sampai sekarang sudah lewat 3 hari tetapi proses evakuasi jenasahnya
tetap belum bisa dilakukan karena buruknya cuaca.
006
Berbulan bulan sebelum ekspedisi dimulai , Pungkas telah fokus melakukan
latihan yang dilakukannya secara tulus dan serius. Dia telah berlatih
selama 3 bulan agar sasaran misinya bisa tembus ( berhasil mencapai
puncak dan pulang kembali dengan selamat ).
Namun semua usaha keras dan konsentrasinya , kesungguhannya selama ini
ternyata tidak tembus ( berhasil / tercapai dan tuntas ). Apakah ada
yang salah ? Sudah tulus , sudah fokus tetapi ternyata tujuan akhirnya (
kembali dengan selamat ) tidak tembus !
Memang kita bisa saja mengatakan secara cepat “ya memang sudah takdirNya
dia harus meninggal disana !” , tetapi lebih baik lagi kalau kita semua
selalu mencoba melakukan evaluasi & evaluasi setiap kali
melihat/mengalami musibah atau kegagalan semacam itu.
( di klub saya, kebiasaan melakukan evalusi setiap akhir
ekspedisi/aktivitas , untuk menemukan koreksi perbaikan apa yang bisa
dilakukan kedepan , itu juga telah memberikan kontribusi klub dengan “39
tahun tanpa korban/kecelakaan fatal, meskipun beberapa klub lain yang
lebih besar telah mengalami jatuhnya beberapa korban jiwa anggotanya” ).
Berbulan bulan sebelum ekspedisi dimulai , Pungkas telah fokus melakukan
latihan yang dilakukannya secara tulus dan serius. Dia telah berlatih
selama 3 bulan agar sasaran misinya bisa tembus ( berhasil mencapai
puncak dan pulang kembali dengan selamat ).
Namun semua usaha keras dan konsentrasinya , kesungguhannya selama ini
ternyata tidak tembus ( berhasil / tercapai dan tuntas ). Apakah ada
yang salah ? Sudah tulus , sudah fokus tetapi ternyata tujuan akhirnya (
kembali dengan selamat ) tidak tembus !
Memang kita bisa saja mengatakan secara cepat “ya memang sudah takdirNya
dia harus meninggal disana !” , tetapi lebih baik lagi kalau kita semua
selalu mencoba melakukan evaluasi & evaluasi setiap kali
melihat/mengalami musibah atau kegagalan semacam itu.
( di klub saya, kebiasaan melakukan evalusi setiap akhir
ekspedisi/aktivitas , untuk menemukan koreksi perbaikan apa yang bisa
dilakukan kedepan , itu juga telah memberikan kontribusi klub dengan “39
tahun tanpa korban/kecelakaan fatal, meskipun beberapa klub lain yang
lebih besar telah mengalami jatuhnya beberapa korban jiwa anggotanya” ).
007
Betulkah bahwa Tulus – Fokus , pasti Tembus !!
Sebetulnya jawabannya ada 2 , yaitu Ya ( betul ) , dan ( bisa juga )
Tidak
Kapankah harus dijawab/diyakini sebagai YA
Dan betulkah endingnya bisa Tidak ? ( = mungkinkah sebuah kegagalan bisa
terjadi ? ).
Betulkah bahwa Tulus – Fokus , pasti Tembus !!
Sebetulnya jawabannya ada 2 , yaitu Ya ( betul ) , dan ( bisa juga )
Tidak
Kapankah harus dijawab/diyakini sebagai YA
Dan betulkah endingnya bisa Tidak ? ( = mungkinkah sebuah kegagalan bisa
terjadi ? ).
Jawab :
Kata “pasti” ( dalam pasti tembus ) itu perlu kita yakini/miliki ( hanya
) sebagai motivator , pendorong semangat kita agar tetap tinggi.
Kata “pasti” ( dalam pasti tembus ) itu perlu kita yakini/miliki ( hanya
) sebagai motivator , pendorong semangat kita agar tetap tinggi.
Namun jika ( ending / hasil ) yang terjadi nanti ternyata berbeda dengan
yang kita harapkan ( = yang terjadi adalah kegagalan ), maka sebaiknya
kita tidak perlu mengingkarinya. Kita harus berani menghadapi kenyataan
letika sebuah kegagalan sedang muncul terjadi. Dalam kondisi semacam itu
yang diperlukan justru adalah “keiklasan” dan kemampuan untuk melakukan
evaluasi dan perbaikan. Kalau itu ( sudah ) dimiliki, maka evaluasi itu
-lebih nesar kemungkinannya- akan memberikan hasil ( artinya dimana
letak point kesalahannya akan berhasil diketahui. Namun jika kenyataan
kegagalan itu dihindari -misalnya dengan:”Ini tidak mungkin terjadi !”
atau “Bagaimana ini mungkin terjadi ?” maka
evaluasi/introspeks i/analisis akan menjadi lebih sulit ).
yang kita harapkan ( = yang terjadi adalah kegagalan ), maka sebaiknya
kita tidak perlu mengingkarinya. Kita harus berani menghadapi kenyataan
letika sebuah kegagalan sedang muncul terjadi. Dalam kondisi semacam itu
yang diperlukan justru adalah “keiklasan” dan kemampuan untuk melakukan
evaluasi dan perbaikan. Kalau itu ( sudah ) dimiliki, maka evaluasi itu
-lebih nesar kemungkinannya- akan memberikan hasil ( artinya dimana
letak point kesalahannya akan berhasil diketahui. Namun jika kenyataan
kegagalan itu dihindari -misalnya dengan:”Ini tidak mungkin terjadi !”
atau “Bagaimana ini mungkin terjadi ?” maka
evaluasi/introspeks i/analisis akan menjadi lebih sulit ).
007
Jadi mengapa Pungkas yang sudah demikian tinggi semangat , motivasi dan
ketulusannya , ternyata gagal dan kegagalannya justru bukan disebabkan
oleh kecelakaan ( jatuh kejurang , tertimbun avalanche/salju longsor dsb
) melainkan hanya karena “kehabisan nafas” ( akibat kelelahan dan tidak
tahan terhadap lingkungan ).
Jadi mengapa Pungkas yang sudah demikian tinggi semangat , motivasi dan
ketulusannya , ternyata gagal dan kegagalannya justru bukan disebabkan
oleh kecelakaan ( jatuh kejurang , tertimbun avalanche/salju longsor dsb
) melainkan hanya karena “kehabisan nafas” ( akibat kelelahan dan tidak
tahan terhadap lingkungan ).
008
Peristiwa “tujuan ( pulang selamat ) yang tidak tembus” itu terjadi
akibat adanya ssuatu yang keliru. Yang keliru bukan karena Pungkas
kurang serius/fokus , karena dia sudah sangat serius dan fokus. Juga
sama sekali tidak ada tanda tanda apapun yang menunjukkan bahwa dia
kurang tulus melakukan misinya. Semua kesungguhannya menunjukkan bahwa
dia tulus menjalankan semuanya.
Peristiwa “tujuan ( pulang selamat ) yang tidak tembus” itu terjadi
akibat adanya ssuatu yang keliru. Yang keliru bukan karena Pungkas
kurang serius/fokus , karena dia sudah sangat serius dan fokus. Juga
sama sekali tidak ada tanda tanda apapun yang menunjukkan bahwa dia
kurang tulus melakukan misinya. Semua kesungguhannya menunjukkan bahwa
dia tulus menjalankan semuanya.
009
Jadi dimana letak kesalahan utamanya ?
Menurut saya , masalahnya terletak pada KURANGNYA PENGETAHUAN ( alias
pemahaman yang dimiliki/dianut tentang masalah yang dihadapi TIDAK
PAS/SALAH ). Kekeliruan “knowledge” itulah sumber utama yang akhirnya
mengantarkan/ mendatangkan keyakinan diri yang berlebihan ( over
confidence ) dan berakhir dengan musibah.
Mengapa saya meyakini adanya “kesalahan pemahaman/knowledge ” ini ?
Jadi dimana letak kesalahan utamanya ?
Menurut saya , masalahnya terletak pada KURANGNYA PENGETAHUAN ( alias
pemahaman yang dimiliki/dianut tentang masalah yang dihadapi TIDAK
PAS/SALAH ). Kekeliruan “knowledge” itulah sumber utama yang akhirnya
mengantarkan/ mendatangkan keyakinan diri yang berlebihan ( over
confidence ) dan berakhir dengan musibah.
Mengapa saya meyakini adanya “kesalahan pemahaman/knowledge ” ini ?
010
Semula saya belum menangkap benar peringatan-peringat an ( statement )
dari pendaki senior Don Hasman dkk ( Dondy Rahardjo & Okta ) yang
menilai bahwa tim Pungkas , Rudi ( yg tidak jadi berangkat ) dkk adalah
“tim yang tidak masuk akal”
Tim ini -menurut para pendaki senior tsb yang menjadi penasehat tim
Tunas tetapi akhirnya mengundurkan diri sebagai penasehat karena menilai
tim tsb “belum waktunya/layak mendaki MCKinley” sementara tim tetap
berkeras berangkat dan merasa mampu.
Semula saya belum menangkap benar peringatan-peringat an ( statement )
dari pendaki senior Don Hasman dkk ( Dondy Rahardjo & Okta ) yang
menilai bahwa tim Pungkas , Rudi ( yg tidak jadi berangkat ) dkk adalah
“tim yang tidak masuk akal”
Tim ini -menurut para pendaki senior tsb yang menjadi penasehat tim
Tunas tetapi akhirnya mengundurkan diri sebagai penasehat karena menilai
tim tsb “belum waktunya/layak mendaki MCKinley” sementara tim tetap
berkeras berangkat dan merasa mampu.
011
Tetapi setelah saya membaca sendiri ABSTRAK dari Tim Tunas ( seperti
terlampir ) -mungkin abstrak ini pula yang menjadi proposal yang
diajukan ke pemerintah ( ? )- saya menjadi paham tentang apa yang
dimaksudkan dengan “tim tsb tidak masuk akal” oleh Don dkk.
Tetapi setelah saya membaca sendiri ABSTRAK dari Tim Tunas ( seperti
terlampir ) -mungkin abstrak ini pula yang menjadi proposal yang
diajukan ke pemerintah ( ? )- saya menjadi paham tentang apa yang
dimaksudkan dengan “tim tsb tidak masuk akal” oleh Don dkk.
Dari abstark itu terbaca jelas bahwa pengalaman Pungkas baru sebatas
mendaki G. Salak ( 2211 meter ) dan G. Galunggung ( 2167 m ). Mungkin
juga G.Gede ( 2958 ). Boleh saja teman-temannya para pramuka pendaki
memberikan komentar bahwa Pungkas sangat gesit/kuat saat mendaki , tapi
kalau itu benar maka kekuatan/kegesitan itu baru boleh diakui & diyakini
bagi lingkungan gunung-gunung tropis dengan ketinggian disekitar 2000
meter atau dibawah 3000 meter.
mendaki G. Salak ( 2211 meter ) dan G. Galunggung ( 2167 m ). Mungkin
juga G.Gede ( 2958 ). Boleh saja teman-temannya para pramuka pendaki
memberikan komentar bahwa Pungkas sangat gesit/kuat saat mendaki , tapi
kalau itu benar maka kekuatan/kegesitan itu baru boleh diakui & diyakini
bagi lingkungan gunung-gunung tropis dengan ketinggian disekitar 2000
meter atau dibawah 3000 meter.
Ini salah satu titik kritis “penyebab” yang perlu diwaspadai. Kalau kita
berpijak pada Abstrak tsb. berarti Pungkas belum pernah sekalipun
mendaki ke ketinggian diatas 3000 meter. Seberapapun rajinnya ia
berlatih di Cibubur , bagaimana mungkin seorang pendaki 3000 an meter
tiba-tiba merasa kuat untuk langsung menaklukkan ketinggian diatas 6000
meter ? ( McKenley 6194 meter ).
berpijak pada Abstrak tsb. berarti Pungkas belum pernah sekalipun
mendaki ke ketinggian diatas 3000 meter. Seberapapun rajinnya ia
berlatih di Cibubur , bagaimana mungkin seorang pendaki 3000 an meter
tiba-tiba merasa kuat untuk langsung menaklukkan ketinggian diatas 6000
meter ? ( McKenley 6194 meter ).
012
Bukankah ketrampilan & kompetensi seorang pendaki harus selalu diasah
secara bertahap ( katakanlah dari lingkungan ketinggian 2000 an meter ,
naik kelas ke 3000 an , lalu 4000 an , 5000 an dst. dan bukan dari 2000
an langsung ke 6000 an. Demikian juga area tropis sangat berbeda dengan
sub tropis dan area antartika.
Bukankah ketrampilan & kompetensi seorang pendaki harus selalu diasah
secara bertahap ( katakanlah dari lingkungan ketinggian 2000 an meter ,
naik kelas ke 3000 an , lalu 4000 an , 5000 an dst. dan bukan dari 2000
an langsung ke 6000 an. Demikian juga area tropis sangat berbeda dengan
sub tropis dan area antartika.
013
Setiap perbedaan ketinggian ( yang “hanya” ) 1000 meter memberikan
perubahan yang cukup ekstrim. Rupanya bekal utama Pungkas mendaki
MCKinley “hanyalah” motivasi dan tekad saja , tetapi pengalaman dan
pengetahuannya -adalah betul- masih sangat tidak masuk akal ( maksudnya
belum cukup ) untuk dipakai mendaki McKinley. Hanya motivasi itulah yang
masih menyebabkan kakinya sampai ke puncak. Hanya tekadnyalah yang
membuat kakinya tetap sampai menginjak puncak , tetapi begitu “sasaran
utama” itu tercapai, fisik dan “nafas”nya langsung tersadar dan
berhenti, bagaikan pelari marathon yang fisiknya tidak kenal menyerah,
tetapi tiba-tiba ambruk “menyerah” setelah menyentuh garis finish.
Setiap perbedaan ketinggian ( yang “hanya” ) 1000 meter memberikan
perubahan yang cukup ekstrim. Rupanya bekal utama Pungkas mendaki
MCKinley “hanyalah” motivasi dan tekad saja , tetapi pengalaman dan
pengetahuannya -adalah betul- masih sangat tidak masuk akal ( maksudnya
belum cukup ) untuk dipakai mendaki McKinley. Hanya motivasi itulah yang
masih menyebabkan kakinya sampai ke puncak. Hanya tekadnyalah yang
membuat kakinya tetap sampai menginjak puncak , tetapi begitu “sasaran
utama” itu tercapai, fisik dan “nafas”nya langsung tersadar dan
berhenti, bagaikan pelari marathon yang fisiknya tidak kenal menyerah,
tetapi tiba-tiba ambruk “menyerah” setelah menyentuh garis finish.
Padahal tujuan sebenarnya dari “latihan secara bertahap” itu bukan (
hanya ) agar mampu mencapai puncak, melainkan itu prasyarat & prosedur
SAFETY. Dan safety harus diartikan “sampai kembali kerumah dalam keadaan
selamat”
hanya ) agar mampu mencapai puncak, melainkan itu prasyarat & prosedur
SAFETY. Dan safety harus diartikan “sampai kembali kerumah dalam keadaan
selamat”
014
Dari ketinggian 2000 an langsung ke 6000 an ?
Menurut saya , itulah yang disebut “tidak masuk akal” oleh Don dkk.
Wawasan ( pengetahuan akan inti masalah ) yang keliru itulah yang
mendatangkan over confidence yang sangat berbahaya.
Dari ketinggian 2000 an langsung ke 6000 an ?
Menurut saya , itulah yang disebut “tidak masuk akal” oleh Don dkk.
Wawasan ( pengetahuan akan inti masalah ) yang keliru itulah yang
mendatangkan over confidence yang sangat berbahaya.
015
Saya setuju bahwa Pungkas sebetulnya masuk golongan pendaki berbakat.
Sebetulnya ia memang pendaki yang mumpuni dan mampu , namun seharusnya
ia menjalankannya tahap demi tahap. Melakukannya langsung dari 2000 an
meter ke 6000 an , sangatlah berbahaya.
Saya setuju bahwa Pungkas sebetulnya masuk golongan pendaki berbakat.
Sebetulnya ia memang pendaki yang mumpuni dan mampu , namun seharusnya
ia menjalankannya tahap demi tahap. Melakukannya langsung dari 2000 an
meter ke 6000 an , sangatlah berbahaya.
016
Pendapat ini bukan sekedar apa yang sering direspons/dituding orang
dengan “ya tentu saja demua bisa. Semua orang hanya komentar setelah
sesuatu terjadi” , melainkan mencoba untuk mengevaluasi ( tentu saja
dari kacamata pribadi dan keterbatasan pengetahuan ).
Pendapat ini bukan sekedar apa yang sering direspons/dituding orang
dengan “ya tentu saja demua bisa. Semua orang hanya komentar setelah
sesuatu terjadi” , melainkan mencoba untuk mengevaluasi ( tentu saja
dari kacamata pribadi dan keterbatasan pengetahuan ).
Djoko H
pendakian solo 17 gunung jawa
JAKARTA – Dana pas-pasan ternyata tak cukup menyurutkan langkah Budiyanto (30) untuk melakukan pendakian solo 17 gunung populer di tanah Jawa. Pendakian yang diawali 6 Mei lalu mengambil start dari Desa Bremi, kaki Gunung Argopuro (3.088 m dpl), Jawa Timur dan berakhir pada Senin (30/6), sehabis menggapai puncak Gunung Gede, Jawa Barat.
”Sebetulnya persiapan saya lebih banyak terfokus kepada pencarian dana. Dari tujuh perusahaan yang disodori proposal, semuanya nolak, Mas,” sebut Budiyanto yang akrab disapa Iwan Avtech ini. Maklum, dalam ekspedisi ini Iwan tak membentuk tim pendukung yang bisa menyokong si atlet. Semuanya, dikerjakan sendiri. Dari masalah pembuatan proposal, perizinan sampai lobi-lobi kepada pihak penyandang dana. Tentu, segala sesuatu yang dikerjakan sendiri membuat jatah persiapan fisik menjadi kedodoran.
Untungnya, kepala Kelurahan Sunter Agung mau membantu meringankan beban pemuda yang bercita-cita melakukan perjalanan ke Sumatera itu. Untuk perlengkapan, ”Saya mendapatkan ransel berikut cover-nya, matras, sleeping bag, fly sheet, dua celana lapangan, dan kaos dari Avtech,” sebut Iwan ketika dihubungi SH, kemarin (1/7).
Minimnya persiapan fisik memang sempat membuat mental Iwan agak jatuh. Ini terjadi ketika dihantam hujan berkepanjangan di Gunung Argopuro. Saking down-nya, lelaki yang sudah menikah lima tahun ini butuh waktu delapan hari untuk menuntaskan gunung yang sarat peninggalan arkeologi ini. ”Saya naik dari desa Bremi lalu turunnya lewat Baderan.”
Setelah Argopuro, berikutnya Iwan menuju gunung populer di Jawa Timur, seperti Penanggungan, Arjuno, Welirang, Wilis, Kawi, Semeru dan Lawu. Untuk wilayah Jawa Tengah, dari Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing sampai Slamet berhasil disinggahi. Lalu dilanjutkan dengan mendaki puncak-puncak favorit Jawa Barat, macam Ciremai, Cikuray, Pangrango dan Gede.
Soal perbekalan, Iwan mengaku tak pernah membawa panganan khusus. ”Buat makan di gunung, paling saya bawa beras, roti tawar, susu kental manis, telor puyuh, kadang-kadang sayuran, terus ada mie instan dan ikan asin. Buat cemilannya, saya beli kacang-kacangan dan jagung.”
Meski pendakian solo gunung Jawa kerap kali dilakukan para petualang negeri ini, tapi untuk menuntaskannya bukan perkara mudah. Tetap saja dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang. Bila tidak, siap-siap saja menelan kekecewaan sesudahnya. Dari situ, tinggal semangat dan motivasi yang harus terus dijaga.
”Kalau saya, melihat kegiatan naik gunung ini harus terus didukung. Olahraga ini memang kurang diminati para produsen alat-alat outdoor, tapi Avtech justru ingin mengawali lagi naik gunung jadi tren di kalangan anak-anak muda,” papar Yudi Kurniawan dari Avtech, produsen perlengkapan alam bebas yang mendukung penuh pendakian solo ini.
Yudi kembali mengingatkan, naik gunung memang aktivitas yang bisa mengundang bahaya tetapi bila didukung dengan perlengkapan yang memadai dan skill yang oke, pendakian akan berlangsung aman. ”Buktinya, Iwan bisa melakukan pendakian solo 17 gunung Jawa selama lebih kurang empat minggu. Prestasi ini hanya bisa dicapai dengan dukungan alat dan skill yang memadai.” Tapi, dana juga jangan sampai kedodoran kan Mas?
”Sebetulnya persiapan saya lebih banyak terfokus kepada pencarian dana. Dari tujuh perusahaan yang disodori proposal, semuanya nolak, Mas,” sebut Budiyanto yang akrab disapa Iwan Avtech ini. Maklum, dalam ekspedisi ini Iwan tak membentuk tim pendukung yang bisa menyokong si atlet. Semuanya, dikerjakan sendiri. Dari masalah pembuatan proposal, perizinan sampai lobi-lobi kepada pihak penyandang dana. Tentu, segala sesuatu yang dikerjakan sendiri membuat jatah persiapan fisik menjadi kedodoran.
Untungnya, kepala Kelurahan Sunter Agung mau membantu meringankan beban pemuda yang bercita-cita melakukan perjalanan ke Sumatera itu. Untuk perlengkapan, ”Saya mendapatkan ransel berikut cover-nya, matras, sleeping bag, fly sheet, dua celana lapangan, dan kaos dari Avtech,” sebut Iwan ketika dihubungi SH, kemarin (1/7).
Minimnya persiapan fisik memang sempat membuat mental Iwan agak jatuh. Ini terjadi ketika dihantam hujan berkepanjangan di Gunung Argopuro. Saking down-nya, lelaki yang sudah menikah lima tahun ini butuh waktu delapan hari untuk menuntaskan gunung yang sarat peninggalan arkeologi ini. ”Saya naik dari desa Bremi lalu turunnya lewat Baderan.”
Setelah Argopuro, berikutnya Iwan menuju gunung populer di Jawa Timur, seperti Penanggungan, Arjuno, Welirang, Wilis, Kawi, Semeru dan Lawu. Untuk wilayah Jawa Tengah, dari Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing sampai Slamet berhasil disinggahi. Lalu dilanjutkan dengan mendaki puncak-puncak favorit Jawa Barat, macam Ciremai, Cikuray, Pangrango dan Gede.
Soal perbekalan, Iwan mengaku tak pernah membawa panganan khusus. ”Buat makan di gunung, paling saya bawa beras, roti tawar, susu kental manis, telor puyuh, kadang-kadang sayuran, terus ada mie instan dan ikan asin. Buat cemilannya, saya beli kacang-kacangan dan jagung.”
Meski pendakian solo gunung Jawa kerap kali dilakukan para petualang negeri ini, tapi untuk menuntaskannya bukan perkara mudah. Tetap saja dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang. Bila tidak, siap-siap saja menelan kekecewaan sesudahnya. Dari situ, tinggal semangat dan motivasi yang harus terus dijaga.
”Kalau saya, melihat kegiatan naik gunung ini harus terus didukung. Olahraga ini memang kurang diminati para produsen alat-alat outdoor, tapi Avtech justru ingin mengawali lagi naik gunung jadi tren di kalangan anak-anak muda,” papar Yudi Kurniawan dari Avtech, produsen perlengkapan alam bebas yang mendukung penuh pendakian solo ini.
Yudi kembali mengingatkan, naik gunung memang aktivitas yang bisa mengundang bahaya tetapi bila didukung dengan perlengkapan yang memadai dan skill yang oke, pendakian akan berlangsung aman. ”Buktinya, Iwan bisa melakukan pendakian solo 17 gunung Jawa selama lebih kurang empat minggu. Prestasi ini hanya bisa dicapai dengan dukungan alat dan skill yang memadai.” Tapi, dana juga jangan sampai kedodoran kan Mas?
Evakuasi Pendaki Gunung Salak
BOGOR, Lingkungan Global - Tim penyelamat enam mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta memastikan turun bersama para mahasiswa pendaki itu, Minggu (31/1) malam. Mereka tiba di posko penyelamatan di Curug Nangka, Ciapus, Bogor, pada pukul 21.00- 23.00 WIB.
Keenam mahasiswa pendaki itu adalah Febry, Wildan, Adib, Zaki, Urham, dan Unan. Mereka adalah anggota baru Mahasiswa Pencinta Alam UIN Sunan Kalijaga (Mapalaska) Yogyakarta. Mereka mendaki ke Puncak II Gunung Salak, Jawa Barat, Jumat, tanpa izin dari Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Mereka membawa perbekalan hanya sampai hari Kamis (27/1). Pada Jumat mereka mengirimkan SMS kepada seniornya untuk meminta bantuan penyelamatan karena terjebak di jurang terjal dekat sungai.
”Cuaca di Gunung Salak baik, tidak turun hujan, sehingga tim penyelamat dan posko sepakat turun Minggu malam,” kata Jaka Basari dari Wanadri di Posko Curug Nangka.
Luki Kurnia Jaya dari Balai TNGHS di Posko Curug Nangka menambahkan, laporan dari tim penyelamat menyebutkan, kondisi mental dan fisik keenam mahasiswa itu baik. ”Karena kondisi mereka baik, kami memutuskan turun Minggu malam, tidak perlu menunggu Senin,” katanya.
Minggu sore, Iwan Firdaus, ketua posko penyelamatan mahasiswa itu, mengatakan, evakuasi tidak dapat dilaksanakan karena cuaca di Gunung Salak berkabut tebal.
”Tim penyelamat dan enam mahasiswa serta tim penjemput berkumpul dan menuju selter enam untuk membangun bivak dan bermalam di sana,” katanya.
Iwan mengatakan, Febry dan rekan-rekannya mendaki Gunung Salak untuk pemantapan keanggotaan Mapalaska UIN Yogyakarta. ”Mereka tidak disuruh senior. Mereka berinisiatif mengadakan ekspedisi ke Gunung Salak,” katanya.
Iwan memastikan pendakian itu ilegal karena tanpa izin Balai TNGHS dan berlangsung saat kawasan Gunung Salak tertutup untuk pendakian. ”Jangan membesar-besarkan masalah ini. Kondisi keenam mahasiswa itu baik,” kata Iwan, alumnus Mapalaska UIN Jakarta.
Sementara itu, Pembantu Rektor III UIN Sunan Kalijaga Maragustam Siregar mengatakan, proses evakuasi dimulai Minggu subuh. ”Setelah kondisi mereka memungkinkan, kami akan memanggil untuk evaluasi,” ujar Maragustam di Yogyakarta.
Para mahasiswa yang hilang adalah peserta Upacara Kegiatan Spesialisasi Rimba Gunung yang diadakan Mapalaska. Menghindari kejadian serupa pada masa mendatang, pihak rektorat akan memperketat izin kegiatan dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang berisiko tinggi.
Maragustam mengaku kecolongan dengan hilangnya enam mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dalam pendakian di Gunung Salak. ”Kami sama sekali tidak tahu tentang kegiatan tersebut, kami baru tahu saat menerima informasi mereka hilang,” ujarnya.
Padahal, semua kegiatan UKM yang berlangsung di luar kota harus memperoleh izin dari rektorat. Rektorat juga menyediakan pendamping pada beberapa kegiatan yang dinilai berbahaya.
Terkait hal itu, Sekretaris Mapalaska Ajidil Ashari menyatakan, anggota Mapalaska yang akan mendaki sudah meminta izin, termasuk menulis proposal untuk meminta dana. (RTS/IRE/Kompas)***
Source : Kompas, Senin, 1 Februari 2010 | 04:11 WIB
pendakian solo 15 gunung sumatera
on Rabu, 30 Desember 2009
Label: Kisah
Iwan Budiyanto (31) kembali beraksi. Petualang dan pendaki gunung dari Sunter Agung, Jakarta Utara ini baru saja sukses menyambangi 15 puncak gunung di tanah Sumatera. Pendakian yang dilakukan seorang diri itu total menghabiskan waktu sekitar dua bulan dan dana sebesar Rp 1,5 juta. Sebelumnya, lagi-lagi dengan dana yang mepet, Iwan pendakian solo 17 gunung populer di tanah Jawa pada Mei tahun lalu.
Dana sejumlah itu bagi Iwan merupakan berkah. Untuk menggelar bertajuk ”Ekspedisi Sunter Agung Menuju Sumatera” itu Iwan harus punya energi lebih untuk menebar proposal ke lingkungan sekitar. ”Gue ngajuin proposal ke Pak Acmad Hariadi (Kepala Kelurahan Sunter Agung). Dan lumayan gue dapat bantuan dana dari beliau,” cerita Iwan.
Karena dana yang ia bawa begitu mepet, Iwan sampai harus nebeng ikut truk ekspedisi yang melintasi jalur Sumatera - Jawa. ”Makan saja gue sampai ngirit-irit. Cukup sekali dalam sehari,” kekeh Iwan akrab. Untungnya, sampai di daerah Bangko, Jambi, pemuda berambut gondrong ini mendapat suntikan dana dari Pemerintah Daerah Merangin Bangko. Nilainya , sekitar Rp 500 ribu. ”Tadinya, gue udah mau pulang. Habis duit gue udah cekak banget,” kata Iwan dalam logat betawi yang kental.
Dalam rencana awal, Iwan hanya menargetkan sebanyak 12 puncak yang bakal dituju. Namun, karena dapat suntikan dana segar itu, dia bisa menjejak tiga puncak lagi. Tentu saja, ini membuatnya gembira. ”Biarpun Aceh belum terjamah, tapi gue puas kok (atas hasil ini),” ujar Iwan. Puncak Gunung Leuser di Naggroe Aceh Darussalam memang belum sempat disambangi Iwan lantaran alasan keamanan. Iwan memulai pendakian dari Gunung Sibayak dan Sinabung yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Dari situ berturut-turut: Talamau, Malintang, Singgalang, Parapati Marapi, Tandike, Talang, Kerinci, Masurai, Dempo, Rajabasa, Tanggamus, Seminung dan Pesagi.
Menurut Iwan, lintasan yang paling seru dan menantang adalah ketika mencoba meraih puncak Masurai di Jambi. Lantaran jarang didaki, jalur tak begitu kentara. ”Mau nemuin pintu rimba (batas hutan dengan ladang penduduk) saja susah setengah mati. Gue sempat nyasar selama lima jam,” beber Iwan. Padahal ia sudah ditemani Toni dari Cakra Masurai, kelompok pencinta alam dari Bangko.
Dusun Sungai Lalang adalah titik awal pendakian. Dusun ini dapat dicapai dengan menumpang kendaraan umum dari Pasar Bawah Bangko selama 5 jam perjalanan. Ongkosnya, sekitar Rp 15.000. Dari pinggir jalan dusun, kegagahan puncak Masurai tampak jelas. Tentu ini memancing semangat pendakian. Kadang-kadang energi berlebihan memunculkan kecerobohan. Buktinya, mencari pintu masuknya saja tak mudah. Itu sebabnya, persiapan matang mutlak diperlukan.
Usai menginap satu malam, Iwan berhasil meraih puncak Masurai. Puncak gunung ini mirip Puncak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat yang masih diliputi pepohonan tinggi. Tapi di tengah jalan, ada danau cantik yang sedap dipandang yang bernama: danau Kumbang. Air yang ada dapat kita manfaatkan untuk menambah perbekalan.
Untuk perlengkapan, ”Saya mendapatkan ransel berikut cover-nya, matras, sleeping bag, fly sheet, dua celana lapangan, dan kaos dari Avtech,” sebut Iwan ketika ditemui SH, Senin (15/3) lalu. Dukungan peralatan dari Avtech tentu amat melegakan Iwan. Ia begitu percaya produk dari Jakarta ini mampu membantunya mencapai sukses ekspedisi ini.
”Kalau saya, melihat kegiatan naik gunung ini harus terus didukung. Olahraga ini memang kurang diminati para produsen alat-alat outdoor, tapi Avtech justru ingin mengawali lagi naik gunung jadi tren di kalangan anak-anak muda,” papar Yudi Kurniawan dari Avtech, produsen perlengkapan alam bebas yang mendukung penuh pendakian solo ini.
Sebagai contoh teknologi, ransel yang diproduksi Avtech memiliki back system - sistem penyetelan pada bagian punggung ini. Avtech memiliki beberapa tipe, seperti Suspension System dan Suspension System dengan EMFC (Ergonomically Molded Foam Components). Dengan EMFC itu, sirkulasi udara bukan saja lancar tetapi juga bisa mengurangi keletihan. ”Lebih balans dan terasa mantap di punggung,” tegas Yudi yang juga tercatat sebagai pehobi berkegiatan di alam bebas ini.
Yudi juga mengingatkan, naik gunung memang aktivitas yang bisa mengundang bahaya tetapi bila didukung dengan perlengkapan yang memadai dan skill yang oke, pendakian akan berlangsung aman. ”Buktinya, Iwan bisa melakukan pendakian sendirian ke-15 gunung Sumatera selama lebih dari dua bulan. Tentu saja prestasi ini hanya bisa dicapai dengan dukungan alat dan skill yang memadai.”
Ke depan, Iwan mengatakan, bila ia sedang mengincar gunung-gunung di Sulawesi. Caranya kurang lebih sama. Menyeberang dengan angkutan paling murah dan bejalan dengan semangat yang begitu menggebu. Meski cara itu agak berisiko, sebab persiapan fisik jadi kedodoran. Mudah-mudahan, ada pihak yang tertarik membantu, Wan!
Dana sejumlah itu bagi Iwan merupakan berkah. Untuk menggelar bertajuk ”Ekspedisi Sunter Agung Menuju Sumatera” itu Iwan harus punya energi lebih untuk menebar proposal ke lingkungan sekitar. ”Gue ngajuin proposal ke Pak Acmad Hariadi (Kepala Kelurahan Sunter Agung). Dan lumayan gue dapat bantuan dana dari beliau,” cerita Iwan.
Karena dana yang ia bawa begitu mepet, Iwan sampai harus nebeng ikut truk ekspedisi yang melintasi jalur Sumatera - Jawa. ”Makan saja gue sampai ngirit-irit. Cukup sekali dalam sehari,” kekeh Iwan akrab. Untungnya, sampai di daerah Bangko, Jambi, pemuda berambut gondrong ini mendapat suntikan dana dari Pemerintah Daerah Merangin Bangko. Nilainya , sekitar Rp 500 ribu. ”Tadinya, gue udah mau pulang. Habis duit gue udah cekak banget,” kata Iwan dalam logat betawi yang kental.
Dalam rencana awal, Iwan hanya menargetkan sebanyak 12 puncak yang bakal dituju. Namun, karena dapat suntikan dana segar itu, dia bisa menjejak tiga puncak lagi. Tentu saja, ini membuatnya gembira. ”Biarpun Aceh belum terjamah, tapi gue puas kok (atas hasil ini),” ujar Iwan. Puncak Gunung Leuser di Naggroe Aceh Darussalam memang belum sempat disambangi Iwan lantaran alasan keamanan. Iwan memulai pendakian dari Gunung Sibayak dan Sinabung yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Dari situ berturut-turut: Talamau, Malintang, Singgalang, Parapati Marapi, Tandike, Talang, Kerinci, Masurai, Dempo, Rajabasa, Tanggamus, Seminung dan Pesagi.
Menurut Iwan, lintasan yang paling seru dan menantang adalah ketika mencoba meraih puncak Masurai di Jambi. Lantaran jarang didaki, jalur tak begitu kentara. ”Mau nemuin pintu rimba (batas hutan dengan ladang penduduk) saja susah setengah mati. Gue sempat nyasar selama lima jam,” beber Iwan. Padahal ia sudah ditemani Toni dari Cakra Masurai, kelompok pencinta alam dari Bangko.
Dusun Sungai Lalang adalah titik awal pendakian. Dusun ini dapat dicapai dengan menumpang kendaraan umum dari Pasar Bawah Bangko selama 5 jam perjalanan. Ongkosnya, sekitar Rp 15.000. Dari pinggir jalan dusun, kegagahan puncak Masurai tampak jelas. Tentu ini memancing semangat pendakian. Kadang-kadang energi berlebihan memunculkan kecerobohan. Buktinya, mencari pintu masuknya saja tak mudah. Itu sebabnya, persiapan matang mutlak diperlukan.
Usai menginap satu malam, Iwan berhasil meraih puncak Masurai. Puncak gunung ini mirip Puncak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat yang masih diliputi pepohonan tinggi. Tapi di tengah jalan, ada danau cantik yang sedap dipandang yang bernama: danau Kumbang. Air yang ada dapat kita manfaatkan untuk menambah perbekalan.
Untuk perlengkapan, ”Saya mendapatkan ransel berikut cover-nya, matras, sleeping bag, fly sheet, dua celana lapangan, dan kaos dari Avtech,” sebut Iwan ketika ditemui SH, Senin (15/3) lalu. Dukungan peralatan dari Avtech tentu amat melegakan Iwan. Ia begitu percaya produk dari Jakarta ini mampu membantunya mencapai sukses ekspedisi ini.
”Kalau saya, melihat kegiatan naik gunung ini harus terus didukung. Olahraga ini memang kurang diminati para produsen alat-alat outdoor, tapi Avtech justru ingin mengawali lagi naik gunung jadi tren di kalangan anak-anak muda,” papar Yudi Kurniawan dari Avtech, produsen perlengkapan alam bebas yang mendukung penuh pendakian solo ini.
Sebagai contoh teknologi, ransel yang diproduksi Avtech memiliki back system - sistem penyetelan pada bagian punggung ini. Avtech memiliki beberapa tipe, seperti Suspension System dan Suspension System dengan EMFC (Ergonomically Molded Foam Components). Dengan EMFC itu, sirkulasi udara bukan saja lancar tetapi juga bisa mengurangi keletihan. ”Lebih balans dan terasa mantap di punggung,” tegas Yudi yang juga tercatat sebagai pehobi berkegiatan di alam bebas ini.
Yudi juga mengingatkan, naik gunung memang aktivitas yang bisa mengundang bahaya tetapi bila didukung dengan perlengkapan yang memadai dan skill yang oke, pendakian akan berlangsung aman. ”Buktinya, Iwan bisa melakukan pendakian sendirian ke-15 gunung Sumatera selama lebih dari dua bulan. Tentu saja prestasi ini hanya bisa dicapai dengan dukungan alat dan skill yang memadai.”
Ke depan, Iwan mengatakan, bila ia sedang mengincar gunung-gunung di Sulawesi. Caranya kurang lebih sama. Menyeberang dengan angkutan paling murah dan bejalan dengan semangat yang begitu menggebu. Meski cara itu agak berisiko, sebab persiapan fisik jadi kedodoran. Mudah-mudahan, ada pihak yang tertarik membantu, Wan!
Friday, August 15, 2008
TERKULAI DALAM KENIKMATAN MAHAMERU
(Jogja, 14 Agustus 2008, dalam perjalanan)
Rencana perjalanan bersepeda mengelilingi pulau sulawesi,ternyata gagal seperti tahun lalu. Dan, sperti biasa kesulitan dasar masih soal biaya yang sulit kudapat dari pengajuan proposal yang gagal. Tapi seperti biasa juga, aku harus tetap jalan dan harus menghadapi perjalanan cadangan karna komitmenku untuk selalu jalan setiap tahun sebagai wujud loyalitasku pada dunia petualangan.
Akhirnya aku berpikir untuk mengelilingi pulau jawa dengan secara benar,yaitu berangkat melewati jalur pantura dan pulang dengan jalur selatan dari jakarta dan berakhir di jakarta. Dan sebagai inti perjalanannya aku akan mendaki gunung semeru dengan membawa sepeda ke puncaknya sebagai komitku untuk menjadikan diriku sebagai bagian dari regenerasi mas paimo.
Lalu aku menghadap pak peter selaku manager promotion sepeda polygon, untuk mengutarakan maksud perjalananku ini. Seperti diketahui bahwa aku selalu menggunakan sepeda polygon sebagai patner dalam setiap perjalanan bersepeda. Polygon sendiri sudah terlalu banyak membantu dalam setiap perjalanan2ku. Dan akupun takkan mau untuk menggunakan sepeda lain sebagai bentuk loyalitasku kepada polygon. Setelah kuutarakan maksud perjalananku tahun ini, pak peter menyetujui dan tetap mendukung ptualanganku kali ini, padahal inti rencana tahun ini kembali gagal. Itulah polygon aku selalu berhutang budi kepada kebaikan pak peter. Dalam keadaanku yang terjepit beliau masih mau mendukung parjalananku.
Singkatnya aku mulai bersepeda menyusuri jalur pantura, mulai dari jakarta indramayu cirebon semarang rembang tuban surabaya probolinggo situbondo dan banyuwangi. Lalu aku kembali arah balik menyusuri jalur jember dan lumajang sebelum aku menuju gunung semeru. Perjalanan kali ini aku berdua dengan teman yang bertindak sebagai patner.
Dari lumajang aku bersepeda kearah kecamatan senduro diikuti temanku dibelakang. Setelah satu jam setengah aku tiba di senduro dan langsung berbelanja keperluan untuk pendakian semeru.
Dari senduro ini perjalanan akan diteruskan menuju desa ranupane yang berjarak 26km.
Karna temanku tidak mau bersepeda, maka aku menitipkan sebagian tasku untuk dibawanya. Temanku akan menggunakan jasa truk yang biayanya 30 ribu.
Perlu diketahui perjalanan antara senduro akan melewati hutan belantara yang sepi yang jalannnya selalu menanjak sampai ranupane. Dan itu yang membuat temanku mundur untuk mengayuh sepedanya.
Setelah pamit dengan temanku, aku mulai menyusuri jalan aspal yang kecil itu menuju ranupane.
Jengkal demi jengkal aku mengayuh sepedaku dengan iringan keringat yang selalu keluar. Maklum jalan selalu menanjak dan banyak memakan tenaga tapi aku sabar dan berpikir bahwa perjalanan jalur ini bagian dari seni bersepeda. Adapun tanjakan, ya memang harus dilalui karna bagaimanapun juga aku harus “murni” memakai sepeda apapun keadaannnya. Apalagi kalau ingat bahwa aku harus bisa kuat seperti mas paimo sang jawara adventure sepeda indonesia. Hingga kadang terbesit ingin bersepeda bareng mas paimo walau hanya jakarta bandung.
Perjalanan antara senduro dengan ranupane merupakan perjalanan yang paling asyik yang kulalui selama perjalanan ini. Bagaimana tidak, sepanjang jalan aku benar2 sendiri sepi dan hening. sungguh suatu jalur yang akan selalu menjadi sebuah rindu. Kanan kiri hanya pepohonan hutan belantara yang menjadi taman nasional bromo tengger semeru. Walau kadang sesekali ada motor penduduk desa yang lewat, menyapaku. Tapi intinya jalur ini benar2 sepi hening dan pasti selalu menanjak.
Setelah berjuang dengan payah mengayuh 26km, aku tiba di ranupane dengan senang, maklum aku sudah bisa mengatasi jalur yang banyak memakan tenaga ini.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya temanku tiba juga dengan menumpang truk, lalu kami bermalam di pos pendakian untuk istirahat semalam agar besok keadaanku pulih untuk mengahadapi pendakian semeru.
Paginya, setelah ijin dengan petugas pendakian. Kami mulai menyusuri jalur pendakian semeru yang pada musim kemarau ini, banyak yang berdebu. Aku membawa sepeda dan day pack di punggung, sedang teman membawa ransel guna mendukungku di pendakian ini sebagai patner dan dokumentasi.
Awal pendakian aku susuri jalur yang memutari beberapa bukit dengan sedikit jenuh karna suasana yang monoton hingga ranu kumbolo. Pendakian antara ranupane yang biasa memakan waktu 3jam santai, aku malah 4jam. Pendakian dengan membawa sepeda memang lebih sedikit sulit daripada hanya membawa ransel saja. Sepanjang jalan pun aku kesulitan dengan alang2 yang menggganggu pergerakanku. Sering pedal sepedaku menyangkut di alang2 atau dahan yang menjulur kebawah. Setelah ranu kumbolo terlihat, aku baru bersemangat lagi untuk segera istirahat dan bersantai ditepi danau.
Akhirnya kuputuskan untuk bermalam di ranukumbolo agar pergerakan besok tenagaku bisa lebih fit untuk menuju arcopodo. Malampun kulalui tanpa nuansa yang berarti, hanya ingin tidur pulas agar letih mata dan kaki lekas berlalu.
Esok paginya, setelah sarapan tanpa menunggu siang aku bergegas melanjutkan perjalanan menapaki tanjakan cinta dengan semangat. Maklum aku masih butuh cinta hehehehe…lalu aku turun ke rawa2 ombo, dan sepeda kukayuh meninggalkan temanku dibelakang hingga padang terbuka itu habis dan beristirahat. Setelah temanku datang aku melanjutkan pendakian lagi bersama. Kali ini temanku didepan, aku mengikuti dari belakang dengan konsentrasi membawa sepeda. Lelah sekali memang, tapi ya bagaimana, pendakian memang harus lanjut dan harus puncak.
Lewat tengah hari aku tiba di kalimati, disini angin berhembus kencang. Diatas sanapun asap yang keluar dari kawah semeru terlihat tidak membumbung keatas tapi bergeser ke kanan yang menandakan angin diatas juga kencang. Aku berpikir, mungkin ini yang membuat petugas pendakian hanya memberi ijin pendakian hanya sampai kalimati. Selebihnya andai ke puncak tanggung sendiri akibatnya. Selain itu yang pasti karna seismograf membaca gejala alam semeru yang keaktifannnya sering terjadi gempa vulkanik.
Temanku memberi saran untuk bermalam di kalimati tapi aku berpendapat tetap bermalam di arcopodo dengan perhitungan pergerakan menuju puncak dini hari nanti lebih dekat, sedang kalau dari kalimati aku akan menghadapai pendakian yang lebih panjang ditambah pergerakanku sulit karna gelapnya malam. Dan itu kemungkinan besar aku telat ke puncak atau gagal karna kesiangan, ditambah lagi cuaca yang belum bersahabat. Walaupun sedikit otoriter, tapi pendapatku sangat yakin karna bagiku dan juga pendaki lain arcopodo adalah tempat terakhir yang paling cocok untuk attack summit dini hari nantinya.
Aku tahu dari sini temanku mulai gelisah dan mulai berbeda pendapat. Dalam hati, aku juga ingin tahu seberapa besar keberanian dia dialam bebas. Jujur kadang aku selalu percaya dengan irama perjalananku sendiri daripada orang lain. Sedikit egois tapi kesuksesan menuju puncak tetap lebih diutamakan. Karna aku merasa bahwa pendakian itu memang harus berani ( bukan berani babi, tanpa pertimbangan ).
Akhirnya dengan langkah yang terpaksa temanku mengikuti pendapatku. Aku berharap dia mau mengerti diriku yang akan terlalu sulit andai pendakian menuju puncak dari kalimati. Setelah 2,5jam mendaki akhirya aku tiba di arcopodo dan langsung mendirikan bivak dengan flysheet untuk segera beristirahat dan tidur. Dan malam itupun aku hanya berharap bisa tidur pulas agar tengah malam bisa bangun dengan badan yang segar.
Jam 12malam alarm handphoneku berbunyi, aku bergegas bangun dan memasak mie instan untuk mengisi perut agar menambah tenaga. Jam 1, aku dan temanku mulai bergerak mendaki.
Benar, dugaanku tak meleset, terbukti aku kewalahan menghadapi medan antara arcopodo melewati area kelik. Itu karna jurang yang tak kelihatan diantara gelapnya malam, ditambah lagi pandanganku kadang terhalang sepeda. Aku tidak membayangkan andai aku start dari kalimati? Pasti yang bisa muncak hanya temanku. Karna pergerakanku sudah jelas2 terhambat gelap mengingat aku ga mau masuk jurang yang tak terlihat.
Setelah melewati daerah rawan, aku menghadapi medan yang lebih terbuka. Disinipun hambatan masih ada. Aku merasa kondisi badanku masih terlalu lelah tapi dihajar terus terpaan angin, yang membuat badanku semakin tak enak. Bagiku andai hanya mendaki membawa daypack ke puncak, aku masih bisa bertaruh kalau aku sanggup masuk puncak dengan cepat dan aku hanya memerlukan start jam 3 bukan jam 1 dini hari. Tapi ya bagaimana, ini memang obsesiku mendaki dengan membawa sepeda. Karna aku ingin pendakian yang sedikit tantangan.
Sepanjang jalur pendakian yang terbuka itu, aku benar2 loyo, tenagaku semakin waktu kian lemah. Malah aku sempat berpikir untuk menungggu terang, baru melanjutkan pendakian. Cemoro tunggalpun terlewat, tapi keadaanku kian lemah, hanya semangat yang tersisa. Lagipula aku malu dengan semeru 87 nya mas paimo,andai gagal. Aku merasa harus kuat dan wajib puncak. Karna mahameru adalah impian..
Temanku melesat ke depan terus menuju puncak, sedang aku menahan dingin dan lelah. Saat hari mulai dihiasi terang dengan hendak terbitnya matahari, aku masih tertinggal. Angin adalah musuh pendakianku kali ini. Dia tidak mau berhenti berhembus tapi kadang malah semakin kencang. Dan itu yang menjadikanku semakin letoi…
Dengan semangat membara dan tenaga yang tersisa, aku terus berjuang memanggul sepeda manapaki jalur yang berpasir, yang sulit untuk dipijak. Step by step, 10 langkah 20 langkah aku berhenti mengatur nafas dan tenaga ditangan kanan dengan iringan takbir kalau aku adalah manusia bodoh yang harus selalu ingat akan Penciptanya. Arah pikiranku pun kadang mengacau ke segala arah, tentang kehidupan, tentang cinta, tentang anak, tentang kegagalan bahkan tentang kematian. Sempat juga terbesit, andai aku mati disemeru..oh bagaimana..? tidak mungkin !! batinku teriak, aku adalah aku, dan aku harus tembus puncak.harus..harus..! masih banyak gunung yang belum kudaki, masih jauh menjadi pendaki kuat seperti Reinhold messsner kalau aku “tenggelam” disini.
Dan akhirnya pun, aku berhasil mencapai puncak dalam keadaan benar2 lelah. Aku hanya sempat mengambil gambar 3kali, lalu bergegas turun mengingat angin yang berhembus kencang dan cuaca buruk di puncak.
Tanpa buang2 waktu, aku seperti anak yang bloon yang takut dengan pendakian. Jalur turunpun ku hajar seperti orang bermain ski dengan memeluk sepeda dibagian kananku. Memang jalur berpasir seperti ini enak untuk perjalanan turun dengan sepeda dan itu pernah kucoba saat mendaki rinjani 2005. meluncur dan terus meluncur sampai areal berpasir habis.
Sampai di arcopodo, aku istirahat, temanku sudah sampai dahulu jauh meninggalkanku hingga dia lupa mengambil gambar yang bagus dijalur pasir sana.
Lalu bivak kubongkar, kubenahi dan bergegas turun….
Di kalimati kembali istirahat sebentar lalu terus turun dan turun tanpa mau berlama2.
Di ranu kumbolopun aku hanya mencuci muka dan mengisi air untuk minum, lalu terus menuju turun.
Pikiranku sudah tenang, mahameru sudah kudaki dan bayanganku hanya konsentrasi hendak cepat sampai ranupane kembali. Kususuri terus jalur pendakian turun itu tanpa ingin berhenti. Apalagi saat aku tiba dijalur yang sudah ditata. Dari situ sepeda kunaiki lalu meluncur ria tanpa henti sampai ranupane.
Selamat datang kembali ranu pane, selamat datang iwan yang lemah, begitu kudengar angin berkata..
Kamu masih diberi kesempatan muncak dalam keadaan yang kurang tenaga..
Dan ingat kamu jangan congkak, bahwa kamu sudah ke mahameru dengan sepeda..
Akupun menjawab, ya…aku memang beruntung, aku harus banyak berlatih dan berolahraga agar keadaanku selalu fit walau dalam keadaan lelah setelah bersepeda jauh.
Dan yang penting, aku harus tahu diri bahwa kewajibanku akan Tuhanku harus lebih benar. Karna sebenarnya aku diberi hidup untuk mengingat dan menyembah Allah SWT..
Mudah2an dikemudian hari aku lebih bijak dalam menyikapi Sang Pencipta, amin….
Dan
Terima kasih semeru..
Aku sudah diberi ijin menginjak puncakmu dengan sepeda.
Engkau memang ciptaanNya yang sungguh menarik…
Dalam lemasnya diriku, aku masih bisa menikmati sentuhan puncakmu….
Iwan thanks for:
- Allah SWT
- Muhammad SAW manusia yang paling mulia
- George leigh Mallory my son
- Ibu tercinta
- Almarhum Bapak tercinta
- My wife
- Pak Peter Manager Promotion polygon
- Pak Hariadi
- Kuwat slamet
- Oo
- Sepeda polygon tungganganku
- Mata, pundak, tangan, kepala, paha, pantat dan seluruh anggota tubuhku
- Air dan sinar matahari
- Jalan beraspal yang kulewati
- Hutan yang sunyi dengan pepohonan yang rindang
- Potret kehidupan disepanjang jalan
- Orang gila yang kulihat disepanjang jalan, Engkau adalah renunganku..
- Dan lain2 yang lupa kusebut karna aku sudah mengantuk….
pendakian merapi perlu simaksi
Enam mahasiswa Fakultas Teknik UGM selama dua hari tersesat di Gunung Merapi. Saat ditemukan, dalam keadaan lemas akibat kelaparan, bahkan satu diantaranya mengalami patah tulang tangan. (KR, 4 Februari 2009). Sebelumnya, sejumlah mahasiswa juga terjebak dalam badai saat melakukan pendakian di Gunung Salak, Jawa Barat. Enam mahasiswa korban itu ternyata mendaki tanpa membawa izin pendakian Gunung Merapi serta tidak melapor di pos resort terdekat.
Gunung Merapi adalah Kawasan Konservasi Alam
Tahun 2004 wilayah Gunung Merapi ditunjuk menjadi Taman Nasional Gunung Merapi (TN. G. Merapi) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 dengan luas 6.410 Ha yang terletak di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan alih fungsi dari hutan Taman Wisata Alam/Cagar Alam Plawangan Turgo, Hutan Lindung Kaliurang dan sebagian hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani.
Taman Nasional sendiri adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah bagian dari wilayah daratan atau lautan yang perlu dan secara sengaja disisihkan dari segala bentuk eksploitasi untuk dilindungi dan dimanfaatkan secara bijaksana sesuai dengan fungsinya, sehingga terjamin keberadaannya bagi generasi saat ini dan masa yang akan datang.
Penetapan sebagai TN. G. Merapi didasarkan oleh kawasan TN. G. Merapi mempunyai nilai penting sebagai daerah perlindungan sistem penyangga kehidupan, khususnya fungsi perlindungan hidro-orologis dan iklim bagi masyarakat di Propinsi DIY dan Kabupaten yang berada di sekitar kawasan, yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali. Selain itu, perannya sebagai pengawetan keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah bagi kehidupan manusia. manfaat lain, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat diperoleh dari kawasan ini.
Peran lainnya adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, penunjang budidaya dan pariwisata. Menteri Kehutanan menunjuk Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTN. G. Merapi) sebagai pengelola TN. G. Merapi, setingkat eselon tiga, dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. BTN. G. Merapi mengemban tugas utama mewujudkan kelestarian kawasan TN Gunung Merapi sebagai penyangga kehidupan serta dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Jalur Pendakian Gunung Merapi
Pendaki Gunung Merapi dapat memilih salah satu dari empat jalur pendakian, yakni jalur Babadan, Magelang; jalur Kinahrejo, Sleman, jalur Deles, Klaten; dan jalur Selo, Boyolali. Jalur Selo adalah jalur paling mudah untuk pendakian, dibandingkan jalur lain. Untuk jalur Babadan dan Kinahrejo masih ditutup untuk jalur pendakian, dikarenakan jalur rusak akibat erupsi Merapi tahun 2006.
Pendaki Gunung Merapi sebelum melakukan pendakian diwajibkan untuk membawa SIMAKSI dan melapor ke pos terdekat di jalur pendakian. Berdasarkan berita di KR, 4 Februari 2009, enam mahasiswa pendaki dari UGM itu menggunakan jalur Selo untuk menuju puncak Merapi. Penulis mengecek ke Polisi Kehutanan (Polhut) Balai TN. G. Merapi resort Selo, ternyata dalam daftar pendaki Gunung Merapi yang ada di pos Selo tidak tercantum daftar nama keenam mahasiswa pendaki tersebut.
SIMAKSI untuk Pendaki Gunung Merapi
Balai TN. G. Merapi sebagai pengelola TN. G. Merapi mengeluarkan aturan dan tata tertib bagi pengunjung TN. G. Merapi, termasuk pendaki puncak Gunung Merapi. Hal ini didasarkan untuk menjaga dan melindungi kawasan TN. G. Merapi dari berbagai macam gangguan terhadap ekosistem Gunung Merapi. Tata tertib dan aturan tersebut dikenal dengan SIMAKSI, yakni Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi. SIMAKSI dibuat berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Nomor; SK.192/IV-Set/HO/2006 tentang Izin Masuk Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.
Berikut adalah Tata Tertib memasuki TN. G. Merapi untuk pengunjung maupun pendaki Gunung Merapi:
1.Pengunjung hanya diperbolehkan berada di jalur yang telah disediakan;
2.Pengunjung tidak boleh merusak, menebang pohon maupun memindahkan benda-benda yang ada dalam kawasan TN. G. Merapi;
3.Pengunjung tidak boleh membawa tumbuhan mapun satwa liar dari dalam maupun keluar kawasan TN. G. Merapi;
4.Pengunjung tidak diperbolehkan membawa alat/bahan yang dapat mencemarkan kawasan seperti alat bunyi-bunyian, sabun, pasta gigi, spidol, phylox, cat, pestisida dan sebagianya;
5.Semua sampah diharap dibawa keluar kawasan TN. G. Merapi;
6.Pengunjung yang akan berkemah/menjelajah alam/hiking diharuskan membawa makanan/minuman secukupnya, jaket, jas hujan, lampu senter/lampu penerangan, baju ganti dan P3K;
7.Pengunjung tidak diperkenankan membawa senjata tajam (kecuali yang digunakan untuk berkemah), dan atau minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang;
8.Pengunjung diharapkan menghindari membuat api unggun kecuali untuk kegiatan berkemah dapat dilaksanakan di tempat yang telah disediakan menggunakan kayu bakar yang dibawa dari luar kawasan TNGM;
9.Petugas akan memeriksa barang bawaan dan surat izin (SIMAKSI) sebelum dan sesudah memasuki kawasan.
Adapun untuk Tata Cara Pengajuan Izin Kegiatan di Kawasan TN. G. Merapi atau Pengajuan SIMAKSI (Pengumuman No PG. 04/IV-T.43/Um/2008) sebagai berikut:
1.SIMAKSI diberlakukan terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam Taman Nasional Gunung Merapi dan pelayanan perijinan (SIMAKSI) ini terpusat di kantor Balai TN. G. Merapi, berupa: penelitian; survei; pengambilan data; pengambilan/snapshoot film komersial, video komersial, handycam dan foto; praktek lapangan; kampanye/sosialisasi/pameran; rehabilitasi kawasan; penanaman; berkemah; mendaki gunung; out bond; hiking; diklat-diklat dengan lokasi praktek di dalam kawasan TN. G. Merapi;
2.Pemohon mengajukan Surat Permohonan dengan ketentuan mengajukan permohonan secara tertulis/resmi yang ditujukan kepada Kepala Balai TN. G. Merapi minimal seminggu sebelum pelaksanaan kegiatan dilengkapi dengan proposal kegiatan, dua buah materai Rp 6000 dan membayar pungutan masuk/pungutan kegiatan lain-lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3.Pemegang SIMAKSI harus mematuhi segala peraturan dan prosedur yang termuat dalam SIMAKSI;
4.Pemegang SIMAKSI wajib didampingi oleh petugas dari Balai TNGM dalam melaksanakan kegiatan di dalam kawasan;
5.Pemegang SIMAKSI wajib menyerahkan copy dokumentasinya dan laporan kegiatannya kepada Balai TN. G. Merapi;
6.Untuk melaksanakan kegiatan di kawasan TN. G. Merapi, dikenakan beberapa pungutan/tiket masuk (berdasarkan PP No 59 tahun 1998).
Pengunjung maupun pendaki Gunung Merapi dapat memperoleh SIMAKSI di kantor Balai TN. G. Merapi di Jl. Argulobang No.17 Baciro, Yogyakarta, telpon 560669. SIMAKSI merupakan salah satu alat untuk menjaga dan melindungi kawasan TN. G. Merapi, sehingga terjaga kelestariannya. Disamping itu, SIMAKSI juga dapat berperan sebagai kontrol bagi pengunjung maupun pendaki yang akan melakukan kegiatan di Gunung Merapi. Jika kondisi cuaca buruk, Balai TN. G. Merapi tidak akan memberikan SIMAKSI bagi pendaki Gunung Merapi. Diharapkan dengan adanya SIMAKSI, kecelakaan akibat faktor alam yang buruk dapat dihindari. Polhut Bali TN. G. Merapi pun akan siap dan sigap melakukan evakuasi jika pendaki yang membawa SIMAKSI berada dalam kesulitan saat melakukan pendakian.
Gunung Merapi adalah Kawasan Konservasi Alam
Tahun 2004 wilayah Gunung Merapi ditunjuk menjadi Taman Nasional Gunung Merapi (TN. G. Merapi) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 dengan luas 6.410 Ha yang terletak di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan alih fungsi dari hutan Taman Wisata Alam/Cagar Alam Plawangan Turgo, Hutan Lindung Kaliurang dan sebagian hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani.
Taman Nasional sendiri adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah bagian dari wilayah daratan atau lautan yang perlu dan secara sengaja disisihkan dari segala bentuk eksploitasi untuk dilindungi dan dimanfaatkan secara bijaksana sesuai dengan fungsinya, sehingga terjamin keberadaannya bagi generasi saat ini dan masa yang akan datang.
Penetapan sebagai TN. G. Merapi didasarkan oleh kawasan TN. G. Merapi mempunyai nilai penting sebagai daerah perlindungan sistem penyangga kehidupan, khususnya fungsi perlindungan hidro-orologis dan iklim bagi masyarakat di Propinsi DIY dan Kabupaten yang berada di sekitar kawasan, yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali. Selain itu, perannya sebagai pengawetan keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah bagi kehidupan manusia. manfaat lain, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat diperoleh dari kawasan ini.
Peran lainnya adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, penunjang budidaya dan pariwisata. Menteri Kehutanan menunjuk Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTN. G. Merapi) sebagai pengelola TN. G. Merapi, setingkat eselon tiga, dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. BTN. G. Merapi mengemban tugas utama mewujudkan kelestarian kawasan TN Gunung Merapi sebagai penyangga kehidupan serta dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Jalur Pendakian Gunung Merapi
Pendaki Gunung Merapi dapat memilih salah satu dari empat jalur pendakian, yakni jalur Babadan, Magelang; jalur Kinahrejo, Sleman, jalur Deles, Klaten; dan jalur Selo, Boyolali. Jalur Selo adalah jalur paling mudah untuk pendakian, dibandingkan jalur lain. Untuk jalur Babadan dan Kinahrejo masih ditutup untuk jalur pendakian, dikarenakan jalur rusak akibat erupsi Merapi tahun 2006.
Pendaki Gunung Merapi sebelum melakukan pendakian diwajibkan untuk membawa SIMAKSI dan melapor ke pos terdekat di jalur pendakian. Berdasarkan berita di KR, 4 Februari 2009, enam mahasiswa pendaki dari UGM itu menggunakan jalur Selo untuk menuju puncak Merapi. Penulis mengecek ke Polisi Kehutanan (Polhut) Balai TN. G. Merapi resort Selo, ternyata dalam daftar pendaki Gunung Merapi yang ada di pos Selo tidak tercantum daftar nama keenam mahasiswa pendaki tersebut.
SIMAKSI untuk Pendaki Gunung Merapi
Balai TN. G. Merapi sebagai pengelola TN. G. Merapi mengeluarkan aturan dan tata tertib bagi pengunjung TN. G. Merapi, termasuk pendaki puncak Gunung Merapi. Hal ini didasarkan untuk menjaga dan melindungi kawasan TN. G. Merapi dari berbagai macam gangguan terhadap ekosistem Gunung Merapi. Tata tertib dan aturan tersebut dikenal dengan SIMAKSI, yakni Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi. SIMAKSI dibuat berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Nomor; SK.192/IV-Set/HO/2006 tentang Izin Masuk Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.
Berikut adalah Tata Tertib memasuki TN. G. Merapi untuk pengunjung maupun pendaki Gunung Merapi:
1.Pengunjung hanya diperbolehkan berada di jalur yang telah disediakan;
2.Pengunjung tidak boleh merusak, menebang pohon maupun memindahkan benda-benda yang ada dalam kawasan TN. G. Merapi;
3.Pengunjung tidak boleh membawa tumbuhan mapun satwa liar dari dalam maupun keluar kawasan TN. G. Merapi;
4.Pengunjung tidak diperbolehkan membawa alat/bahan yang dapat mencemarkan kawasan seperti alat bunyi-bunyian, sabun, pasta gigi, spidol, phylox, cat, pestisida dan sebagianya;
5.Semua sampah diharap dibawa keluar kawasan TN. G. Merapi;
6.Pengunjung yang akan berkemah/menjelajah alam/hiking diharuskan membawa makanan/minuman secukupnya, jaket, jas hujan, lampu senter/lampu penerangan, baju ganti dan P3K;
7.Pengunjung tidak diperkenankan membawa senjata tajam (kecuali yang digunakan untuk berkemah), dan atau minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang;
8.Pengunjung diharapkan menghindari membuat api unggun kecuali untuk kegiatan berkemah dapat dilaksanakan di tempat yang telah disediakan menggunakan kayu bakar yang dibawa dari luar kawasan TNGM;
9.Petugas akan memeriksa barang bawaan dan surat izin (SIMAKSI) sebelum dan sesudah memasuki kawasan.
Adapun untuk Tata Cara Pengajuan Izin Kegiatan di Kawasan TN. G. Merapi atau Pengajuan SIMAKSI (Pengumuman No PG. 04/IV-T.43/Um/2008) sebagai berikut:
1.SIMAKSI diberlakukan terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam Taman Nasional Gunung Merapi dan pelayanan perijinan (SIMAKSI) ini terpusat di kantor Balai TN. G. Merapi, berupa: penelitian; survei; pengambilan data; pengambilan/snapshoot film komersial, video komersial, handycam dan foto; praktek lapangan; kampanye/sosialisasi/pameran; rehabilitasi kawasan; penanaman; berkemah; mendaki gunung; out bond; hiking; diklat-diklat dengan lokasi praktek di dalam kawasan TN. G. Merapi;
2.Pemohon mengajukan Surat Permohonan dengan ketentuan mengajukan permohonan secara tertulis/resmi yang ditujukan kepada Kepala Balai TN. G. Merapi minimal seminggu sebelum pelaksanaan kegiatan dilengkapi dengan proposal kegiatan, dua buah materai Rp 6000 dan membayar pungutan masuk/pungutan kegiatan lain-lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3.Pemegang SIMAKSI harus mematuhi segala peraturan dan prosedur yang termuat dalam SIMAKSI;
4.Pemegang SIMAKSI wajib didampingi oleh petugas dari Balai TNGM dalam melaksanakan kegiatan di dalam kawasan;
5.Pemegang SIMAKSI wajib menyerahkan copy dokumentasinya dan laporan kegiatannya kepada Balai TN. G. Merapi;
6.Untuk melaksanakan kegiatan di kawasan TN. G. Merapi, dikenakan beberapa pungutan/tiket masuk (berdasarkan PP No 59 tahun 1998).
Pengunjung maupun pendaki Gunung Merapi dapat memperoleh SIMAKSI di kantor Balai TN. G. Merapi di Jl. Argulobang No.17 Baciro, Yogyakarta, telpon 560669. SIMAKSI merupakan salah satu alat untuk menjaga dan melindungi kawasan TN. G. Merapi, sehingga terjaga kelestariannya. Disamping itu, SIMAKSI juga dapat berperan sebagai kontrol bagi pengunjung maupun pendaki yang akan melakukan kegiatan di Gunung Merapi. Jika kondisi cuaca buruk, Balai TN. G. Merapi tidak akan memberikan SIMAKSI bagi pendaki Gunung Merapi. Diharapkan dengan adanya SIMAKSI, kecelakaan akibat faktor alam yang buruk dapat dihindari. Polhut Bali TN. G. Merapi pun akan siap dan sigap melakukan evakuasi jika pendaki yang membawa SIMAKSI berada dalam kesulitan saat melakukan pendakian.
pendakian gunung sumeru
Pasa masa akhir jabatannya, ketum PLASMA 22 ( Hajar Ashura) mempunyai agenda untuk pendakian Gunung Semeru dan Baksos Ranu Pane. setelah membentuk susunan panitia dengan ketupatnya yaitu William alias Iyem, proposal pun sudah dibuat dan ditandatangani oleh Bpk. Mujiono selaku Pembina Plasma, Bpk. Agus Mujianto selaku wakasek kesiswaan dan yang terakhir Bpk. Abdullah selaku Kepsek SMAN 1. Berikut jadwal acaranya :
I) Pendakian Gunung Semeru
Hari : Senin - Jum'at
Tanggal : 29 Juni 2009 - 3 Juli 2009
II) Bakti Sosial
Hari : Jumat - Sabtu
Tanggal : 3 Juli 2009 - 4 Juli 2009
Acara : Bakti Sosial, meliputi : 1) pemutaran film (nonton bareng)
2) Lomba - Lomba
Tempat : Desa Ranu Pane (Kabupaten Lumajang)
Mohon dukungan untuk acara ini, semoga dapat terealisasikan dengan baik.
Terima Kasih
_Salam Lestari_
I) Pendakian Gunung Semeru
Hari : Senin - Jum'at
Tanggal : 29 Juni 2009 - 3 Juli 2009
II) Bakti Sosial
Hari : Jumat - Sabtu
Tanggal : 3 Juli 2009 - 4 Juli 2009
Acara : Bakti Sosial, meliputi : 1) pemutaran film (nonton bareng)
2) Lomba - Lomba
Tempat : Desa Ranu Pane (Kabupaten Lumajang)
Mohon dukungan untuk acara ini, semoga dapat terealisasikan dengan baik.
Terima Kasih
_Salam Lestari_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
no q zruh!!!